Senin, 04 November 2013

Happy Gradution

Huaaa udah lama banget yee ga cuap-cuap d bloge... :)
maklum lah yahh,,baru lulus jd so sibuk gituu hunting2 job...
o yaa,,tgl 08 September 2013 kemaren adalah hari yang paling membahagiakan, gimana tidak...
Finally aku menyelesaikan S1 ku,,it's so amazing...

Me
Sayangnya, di hari yang membahagiakan itu, orang yang selama ini selalu ada disampingku tak hadir :( ,,tapi ya udahlah yahh yang penting aku selalu menyayanginya :)

My Lovely Family

Betapa bahagianya orangtuaku ketika aku wisuda, tapi sekarang tugasku lebih berat karena aku belum juga dapat pekerjaan. Tapi aku juga sekarang sedang berusaha, daftar ke banyak perusahaan dengan mengirim sebanyak-banyaknya CV baik lewat email, pos dan ikut jobfair. Tapi mendapat pekerjaan tak semudah yang dibayangkan...
Sekarang aku harus tetap semangat untuk medapatkan pekerjaan yang terbaik..Oke fighting ^^

Selasa, 20 November 2012

INILAH CARAKU MENCINTAIMU


Segenggam Mutiara Kehidupan, Kisah Tragedi & Elegi Anak Manusia
Kopi dapat dihidangkan di gelas plastik, beling, tanah liat, atau Kristal. Tetapi bagaimana pun juga, yang terpenting adalah kopinya. Jadi, jangan pernah mempermasalahkan gelasnya.

Sepasang muda-mudi saling jatuh cinta dan kemudian berpacaran. Kuliah di universitas yang sama membuat sepasang kekasih, Hari dan Anne, semakin dekat.
Akhirnya, mereka memutuskan untuk bertunangan. Kebahagiaan sudah terbayang di depan mata karena lima bulan lagi mereka akan segera melangsungkan pernikahan. Tentang pekerjaan tidak perlu dirisaukan lagi. Setamat kuliah dua bulan yang lalu, Hari langsung mendapatkan pekerjaan di sebuah perusahaan ekspor-impor. Jadi tinggal menunggu waktu untuk mempersunting sang kekasih dan mewujudkan impian untuk membangun rumah tangga yang bahagia
Pada suatu sore, Hari dan Anne bertemu di sebuah kafe tempat Hari pertama kali menyatakan cintanya. Mereka duduk berhadap-hadapan. Seperti biasa, Hari selalu tampak gembica dan bersemangat.
“Maafkan aku,” kata Anne membuka pembicaraan.
“Kenapa harus minta maaf? Rasanya engkau tidak melakukan kesalahan apa-apa,” jawab Hari sedikit kaget melihat sikap Anne yang tidak seperti biasanya.
“”Kita tidak dapat melanjutkan hubungan kita,” kata Anne terbata-bata.
“Maksudmu apa An? Kenapa begitu?” Tanya Hari tidak percaya.
“Papa dan mama tidak merestui hubungan kita.”
“Tapi An, kita sudah bertunangan dan waktu itu orang tuamu sama sekali tidak keberatan. Apa alasan mereka memutuskan hubungan kita?” Kali ini Hari sedikit ngotot dan marah.
Anne mulai menangis, tangan kanannya menggenggam tangan Hari kemudian berkata, “Aku tidak bisa membantah keputusan orangtuaku. Mereka telah menjodohkanku dengan seorang pria kaya sahabat Papa. Dua minggu lagi kami akan menikah. Setelah itu, ia akan memboyongku ke Jerman.”
Hari tertunduk diam, hatinya terluka atas keputusan sepihak ini.
Setelah kejadian itu, Hari bekerja keras agar ia bisa mempunyai usaha sendiri. Meskipun ia tidak mungkin memiliki Anne lagi, tetapi ia ingin membuktikan kepada orang tua Anne bahwa ia kini bisa menjadi orang yang sukses. Hari yang sekarang beda dengan Hari yang dulu, dan keputusan mereka menolak dirinya menjadi menantu adalah sesuatu yang salah. Sedih, marah, dan kecewa masih tersimpan di hati Hari atas sikap orang tua Anne, maupun sikap Anne yang tidak mampu mempertahankan cinta suci mereka.
Siang itu, ketika gerimis turun membasahi bumi, mobil Hari melintas di sebuah pemakaman umum. Dari kejauhan ia melihat sepasang suami-istri berjalan berimpitan di bawah naungan payung hitam. Mereka sedang berjalan memasuki gerbang pemakaman. Setelah dekat, Hari mengerutkan dahi.
“Sepertinya aku kenal betul suami-istri itu,” bisiknya dalam hati. “Bukankah mereka orang tua Anne?”
Hari segera menghentikan mobilnya dan mendekati sepasang suami istri yang telah menyakiti hatinya beberapa waktu yang lalu. Merekalah biang kehancuran cintanya. Mereka kelihatan sedih, sang istri masih berlinang air mata, sementara si suami mengeluarkan sapu tangan dari saku celananya dan menghapuis air mata istrinya. Dalam kebingungan, Hari memberanikan diri bertanya. “Apa yang sudah terjadi? Siapa yang meninggal?”
Orang tua Anne tidak kuasa menjawab pertanyaan Hari. Mereka hanya menunju ke salah satu nisan seolah mengajak Hari ke sana. Hari terperanjat membaca tulisan di batu nisan itu. Anne Sulaiman.
“Bagaimana mungkin semua ini terjadi. Bukankah Anne sudah menikah dan tinggal di Jerman?” Tanya Hari.
“Nak,” kata ayah Anne dengan suara bergetar. “Sebenarnya Anne tidak pernah menikah dan tidak pernah ke Jerman. Sebulan setelah kalian bertunangan, Anne memeriksakan diri ke dokter karena keluhan-keluhan yang ia rasakan di tubuhnya.
“Setelah menjalani serangkaian pemeriksaan, dokter menemukan bahwa Anne mengidap leukemia. Dari dokter yang merawatnya kami tahu bahwa sedikit sekali harapan untuk ia bisa bertahan hidup lebih lama. Suatu hari nanti penyakit itu akan merenggut nyawanya.
“Ia bergumul begitu berat untuk mengatakan yang sebenarnya kepadamu. Sungguh, ia tidak tega menyakiti hatimu, Nak. Malam itu ia menangis sepanjang malam karena harus berbohong kepadamu atas penyakitnya. Tetapi ia memutuskan hubungan kalian dengan cara begitu karena ia tidak tega melihatmu menanggung rasa kehilangan jika kelak penyakit itu merampasnya dari sisimu, ketika ia sudah menjadi istrimu. Anne sangat mencintaimu, Nak. Tidak pernah ada laki-laki di hatinya selain dirimu. Berkali-kali ia mengatakan bahwa engkau adalah cinta sejatinya.
Cinta tidak selalu dinyatakan dengan bunga. Pahamilah cara kekasih Anda dalam mencintai Anda, pahami jugalah cara suami/istri Anda dalam menyatakan cintanya.
Sebuah buku yang ditulis secara ringan dan sederhana, namun sangat menarik, bermakna dan penuh inspirasi. Segenggam Mutiara Kehidupan dapat membuat hidup Anda menjadi lebih berarti lagi.

Sumber: dari salah satu blog seseorang *lupa namanya :D

Minggu, 22 Juli 2012

Fun Cooking

Masak,, itu adalah hal yang kadang dianggap sulit yang dialami oleh sebagian remaja. Kenapa?? Karena untuk memasak dibutuhkan keahlian khusus yang harus sering diasah dan dilakukan dengan hati yang ikhlas dan bahagia….*woalahhh  opening  statementnya lebe  amat  yahh :D

Waktu hari minggu aku dan teman, ga usah disebutin lah ya namanya ga penting juga,, hehheee Peace ya ceu kalo baca :D… kita searcing2 tuh bagaimana cara memasak menu yang enak, dan melalui diskusi yang sangat paaaaanjang, akhirnya kita memutuskan untuk membuat nugget ikan wortel, tumis brokoli+wortel, dan sambel cobek tempe.

Dan tau ga hasilnya bagaimana??? Dengan pengalaman memasak saya yang seabrek *kalo penulis lebe dilarang protes…akhirnya dihasilkan menu yang sangat enak, lezat dan nikmat. Kalo kata iklan mie mah, rasanya nendang banget…hahaaa

And here they are….this is eat “Nugget Carrot Fish “

Kaya tahu goreng  ga sihh??? Hahhaa ngga yahhh,, ini Nugget ko…

Tapi rasanya enak lohh,, ikannya kerasa banget, seperti yang kita tahu kalo ikan mengandung protein yang berfungsi untuk membantu kecerdasan apalagi ditambah dengan wortel yang bejibun vitamin A, dijamin sehat+enak deh….mau tau cara buatnya??nanti aku lampirin yoo dibawah,, dan asal friends tw aja yahh,,ini resep buatan aku dan temen aku sendiri lohh..*hhaa sombong.

Oke deh,, udah siap liat menu yang kedua,,,check this out….

  ” Sambel Cobek Tempe”

Hmmm,,tw ga sih rasanya bagaimana??? pkonya nyahhh komplit deh rasanya,, *jangan ngilerr…dan yang enak itu makan sambil cobeknya disimpen deket piring kita,, Lohh ko bisa gitu?? Iya lahhh kalo misalnya masih laper kan tinggal ngambil lagi gituu... enak kan???? :D



Oke deh the next menu is “Tumis Mix Vege”…namanya aneh banget, moga aja rasanya ga aneh yahhh :I



Tumis Mix Vege ini sehat banget,, coz terdiri dari beberapa sayuran yaitu brokoli+wortel… yang mo diet silakan dicoba,,insyaallah berat badannya turun… *turun setengah ons…





Tiga menu udah aku presentasiin, and bagaimana tanggapannya?? Moga aja ga langsung mules ya liat gambarnya,,apalagi sampai muntah2,,ohhh itu tidak boleh sekali…

Pasti friends semua udah ga sabar yahh pngen tau resep menu2 diatas… sampai2 ada yang mohon2 “Teti.. tolong posting donk resepnya, gpp aku tuker sama permen kaki aku dehh” Ya ampun hari gini permen kaki…ckckckckkk

Okee aku bakalan nulis resepnya *kaya dokter aja pake resep… tapi nanti yahh pada postingan selanjutnya,,,sekarang aku mau sleeping beauty duluu…

wokeee,,dadahhh babayyyy :)

Selasa, 10 Juli 2012

teti haryati: Best Clothes

teti haryati: Best Clothes: Begitu banyak keinginan, mulai dari pngen jadi chef smpe pngen jadi desainer yang punya butik sendiri.. yaelahhh kuliah aja masuk jurusan ke...

Best Clothes

Begitu banyak keinginan, mulai dari pngen jadi chef smpe pngen jadi desainer yang punya butik sendiri..
yaelahhh kuliah aja masuk jurusan keguruan, yaudah sih jadi guru aja...

ohh tidak bisaaa...semua orang punya mimpi, dan bermimpi itu GRATIS,, ok catet..


Nah begitu lah segelintir perang batin yang ada di dalam diri saya..
Trus aq harus bagaimana??
*pikir...

Ywdh lah yah,,kita tinggalkan perang batin yang masih berlangsung, sekarang aku mau liatin baju yang unyu2 banget, yang kalo punya duit pngen buat sihh,,:) Amin Ya Rabb:)

Gimana bajunya?? bagus banget kan???sangat bagus sekali malahh...
kayanya bagus banget kalo aku pakai pas wisuda...
ohh God kapan aq bisa buat bajunya....

masih ada nihh,,baju yang ingin aku buat,,nihh diaaaaa.....
sok mangga....


yang ini gimana?? batik warna ungu, dengan motif yang sederhana membuat anggun si pemakainya...
purple is beautiful<3..




kalo yang ini???
Oh God it's couple clothes....@.@
it's simple clothes dengan gamis warna ungu yang bisa membuat langsing sipemakainya, (kalo yang pakenya kelebihan BB tetep aja yahh ga kan langsing:D)...dipadukan dengan baju koko si aa'y yg tampak ganteng...*Teti please itu cuma gambar :D

okk deh mungkin segitu aja untuk kali ini,,insyaallah kalo ada baju yang bagus aku share lagi dehh..
mungkin aku juga mau belajar buat bajuuu ahhh.....

see you....
make your life beautiful :*

Try make a poetry


     What the mean of love?

Love, maybe it’s simple word
But if you know that is big something
You can lough freely and happy
But you can cry also and it’s feel will continuous

Love is something which peculiar
It’s comes not guess
But it’s pass out leave sadness

Until now I don’t know what the mean of love
But which I feel if I love someone
That feeling cann’t lost easy
And I won’t lost love again …:)

Jumat, 06 Juli 2012


AKIBAT SALAH PENGERTIAN

Bismillahir-Rahmanir-Rahim ... Sebuah salah pengertian yg mengakibatkan kehancuran sebuah rumah tangga.
          Tatkala nilai akhir sebuah kehidupan sudah terbuka, tetapi segalanya sudah terlambat. Membawa nenek untuk tinggal bersama menghabiskan masa tuanya bersama kami, malah telah mengkhianati ikrar cinta yang telah kami buat selama ini,setelah 2 tahun menikah, saya dan suami setuju menjemput nenek di kampung untuk tinggal bersama.
          Sejak kecil suami saya telah kehilangan ayahnya, dia adalah satu-satunya harapan nenek, nenek pula yang membesarkannya dan menyekolahkan dia hingga tamat kuliah. Saya terus mengangguk tanda setuju, kami segera menyiapkan sebuah kamar yang menghadap taman untuk nenek, agar dia dapat berjemur, menanam bunga dan sebagainya. Suami berdiri didepan kamar yang sangat kaya dengan sinar matahari, tidak sepatah katapun yang terucap tiba-tiba saja dia mengangkat saya dan memutar-mutar saya seperti adegan dalam film India dan berkata: "Mari,kita jemput nenek di kampung".
Suami berbadan tinggi besar, aku suka sekali menyandarkan kepalaku ke dadanya yang bidang, ada suatu perasaan nyaman dan aman disana. Aku seperti sebuah boneka kecil yang kapan saja bisa diangkat dan dimasukan kedalam kantongnya. Kalau terjadi selisih paham diantara kami, dia suka tiba-tiba mengangkatku tinggi-tinggi diatas kepalanya dan diputar-putar sampai aku berteriak ketakutan baru diturunkan. Aku sungguh menikmati saat-saat seperti itu.
          Kebisaaan nenek di kampung tidak berubah. Aku suka sekali menghias rumah dengan bunga segar, sampai akhirnya nenek tidak tahan lagi dan berkata kepada suami:"Istri kamu hidup foya-foya, buat apa beli bunga? Kan bunga tidak bisa dimakan?" Aku menjelaskannya kepada nenek: "Ibu, rumah dengan bunga segar membuat rumah terasa lebih nyaman dan suasana hati lebih gembira". Nenek berlalu sambil mendumel, suamiku berkata sambil tertawa: "Ibu, ini kebisaaan orang kota , lambat laun ibu akan terbiasa juga."
          Nenek tidak protes lagi, tetapi setiap kali melihatku pulang sambil membawa bunga, dia tidak bisa menahan diri untuk bertanya berapa harga bunga itu, setiap mendengar jawabanku dia selalu mencibir sambil menggeleng-gelengka n kepala. Setiap membawa pulang barang belanjaan,dia selalu tanya itu berapa harganya, ini berapa. Setiap aku jawab, dia selalu berdecak dengan suara keras.
          Suamiku memencet hidungku sambil berkata: "Putriku, kan kamu bisa berbohong. Jangan katakan harga yang sebenarnya." Lambat laun, keharmonisan dalam rumah tanggaku mulai terusik. Nenek sangat tidak bisa menerima melihat suamiku bangun pagi menyiapkan sarapan pagi untuk dia sendiri, di mata nenek seorang anak laki-laki masuk ke dapur adalah hal yang sangat memalukan. Di meja makan, wajah nenek selalu cemberut dan aku sengaja seperti tidak mengetahuinya. Nenek selalu membuat bunyi-bunyian dengan alat makan seperti sumpit dan sendok, itulah cara dia protes.
          Aku adalah instrukstur tari, seharian terus menari membuat badanku sangat letih, aku tidak ingin membuang waktu istirahatku dengan bangun pagi apalagi disaat musim dingin. Nenek kadang juga suka membantuku di dapur, tetapi makin dibantu aku menjadi semakin repot, misalnya : dia suka menyimpan semua kantong-kantong bekas belanjaan, dikumpulkan bisa untuk dijual katanya. Jadilah rumahku seperti tempat pemulungan kantong plastik, dimana-mana terlihat kantong plastik besar tempat semua kumpulan kantong plastik.
          Kebisaaan nenek mencuci piring bekas makan tidak menggunakan cairan pencuci, agar supaya dia tidak tersinggung, aku selalu mencucinya sekali lagi pada saat dia sudah tidur. Suatu hari, nenek mendapati aku sedang mencuci piring malam harinya, dia segera masuk ke kamar sambil membanting pintu dan menangis. Suamiku jadi serba salah, malam itu kami tidur seperti orang bisu, aku coba bermanja-manja dengan dia, tetapi dia tidak perduli. Aku menjadi kecewa dan marah."Apa salahku?" Dia melotot sambil berkata: "Kenapa tidak kamu biarkan saja? Apakah memakan dengan piring itu bisa membuatmu mati?"
          Aku dan nenek tidak bertegur sapa untuk waktu yang cukup lama, suasana menjadi kaku. Suamiku menjadi sangat kikuk, tidak tahu harus berpihak pada siapa? Nenek tidak lagi membiarkan suamiku masuk ke dapur, setiap pagi dia selalu bangun lebih pagi dan menyiapkan sarapan untuknya, suatu kebahagiaan terpancar di wajahnya jika melihat suamiku makan dengan lahap, dengan sinar mata yang seakan mencemohku sewaktu melihat padaku, seakan berkata dimana tanggung jawabmu sebagai seorang istri? Demi menjaga suasana pagi hari agar tidak terganggu, aku selalu membeli makanan diluar pada saat berangkat kerja. Saat tidur, suami berkata:"Luci, apakah kamu merasa masakan ibu tidak enak dan tidak bersih sehingga kamu tidak pernah makan di rumah?" sambil memunggungiku dia berkata tanpa menghiraukan air mata yang mengalir di kedua belah pipiku. Dan dia akhirnya berkata: "Anggaplah ini sebuah permintaanku, makanlah bersama kami setiap pagi". Aku mengiyakannya dan kembali ke meja makan yang serba canggung itu.
Pagi itu nenek memasak bubur, kami sedang makan dan tiba-tiba ada suatu perasaan yang sangat mual menimpaku, seakan-akan isi perut mau keluar semua. Aku menahannya sambil berlari ke kamar mandi, sampai disana aku segera mengeluarkan semua isi perut. Setelah agak reda, aku melihat suamiku berdiri didepan pintu kamar mandi dan memandangku dengan sinar mata yang tajam, diluar sana terdengar suara tangisan nenek dan berkata-kata dengan bahasa daerahnya. Aku terdiam dan terbengong tanpa bisa berkata-kata. Sungguh bukan sengaja aku berbuat demikian!
          Pertama kali dalam perkawinanku, aku bertengkar hebat dengan suamiku, nenek melihat kami dengan mata merah dan berjalan menjauh, suamiku segera mengejarnya keluar rumah. Menyambut anggota baru tetapi dibayar dengan nyawa nenek.

Selama 3 hari suamiku tidak pulang ke rumah dan tidak juga meneleponku. Aku sangat kecewa, semenjak kedatangan nenek di rumah ini, aku sudah banyak mengalah, mau bagaimana lagi? Entah kenapa aku selalu merasa mual dan kehilangan nafsu makan ditambah lagi dengan keadaan rumahku yang kacau, sungguh sangat menyebalkan. Akhirnya teman sekerjaku berkata:"Luci, sebaiknya kamu periksa ke dokter". Hasil pemeriksaan menyatakan aku sedang hamil. Aku baru sadar mengapa aku mual-mual pagi itu. Sebuah berita gembira yang terselip juga kesedihan. Mengapa suami dan nenek sebagai orang yang berpengalaman tidak berpikir sampai sejauh itu?
          Di pintu masuk rumah sakit aku melihat suamiku, 3 hari tidak bertemu dia berubah drastis, muka kusut kurang tidur, aku ingin segera berlalu tetapi rasa iba membuatku tertegun dan memanggilnya. Dia melihat ke arahku tetapi seakan akan tidak mengenaliku lagi, pandangan matanya penuh dengan kebencian dan itu melukaiku. Aku berkata pada diriku sendiri, jangan lagi melihatnya dan segera memanggil taksi. Padahal aku ingin memberitahunya bahwa kami akan segera memiliki seorang anak. Dan berharap aku akan diangkatnya tinggi-tinggi dan diputar-putar sampai aku minta ampun tetapi mimpiku tidak menjadi kenyataan. Didalam taksi air mataku mengalir dengan deras. Mengapa kesalah pahaman ini berakibat sangat buruk?
          Sampai di rumah aku berbaring di ranjang memikirkan peristiwa tadi, memikirkan sinar matanya yang penuh dengan kebencian, aku menangis dengan sedihnya. Tengah malam,aku mendengar suara orang membuka laci, aku menyalakan lampu dan melihat dia dengan wajah berlinang air mata sedang mengambil uang dan buku tabungannya. Aku nenatapnya dengan dingin tanpa berkata-kata. Dia seperti tidak melihatku saja dan segera berlalu. Sepertinya dia sudah memutuskan untuk meninggalkan aku. Sungguh lelaki yang sangat picik, dalam saat begini dia masih bisa membedakan antara cinta dengan uang. Aku tersenyum sambil menitikan air mata. Aku tidak masuk kerja keesokan harinya, aku ingin secepatnya membereskan masalah ini, aku akan membicarakan semua masalah ini dan pergi mencarinya di kantornya.Di kantornya aku bertemu dengan seketarisnya yang melihatku dengan wajah bingung."Ibunya pak direktur baru saja mengalami kecelakaan lalu lintas dan sedang berada di rumah sakit.
          Muluntuku terbuka lebar. Aku segera menuju rumah sakit dan saat menemukannya, nenek sudah meninggal. Suamiku tidak pernah menatapku, wajahnya kaku. Aku memandang jasad nenek yang terbujur kaku. Sambil menangis aku menjerit dalam hati: "Tuhan, mengapa ini bisa terjadi?" Sampai selesai upacara pemakaman, suamiku tidak pernah bertegur sapa denganku, jika memandangku selalu dengan pandangan penuh dengan kebencian.
          Peristiwa kecelakaan itu aku juga tahu dari orang lain, pagi itu nenek berjalan ke arah terminal, rupanya dia mau kembali ke kampung. Suamiku mengejar sambil berlari, nenek juga berlari makin cepat sampai tidak melihat sebuah bus yang datang ke arahnya dengan kencang. Aku baru mengerti mengapa pandangan suamiku penuh dengan kebencian. Jika aku tidak muntah pagi itu, jika kami tidak bertengkar, jika…. Dimatanya, akulah penyebab kematian nenek.
          Suamiku pindah ke kamar nenek, setiap malam pulang kerja dengan badan penuh dengan bau asap rokok dan alkohol. Aku merasa bersalah tetapi juga merasa harga diriku terinjak-injak. Aku ingin menjelaskan bahwa semua ini bukan salahku dan juga memberitahunya bahwa kami akan segera mempunyai anak. Tetapi melihat sinar matanya, aku tidak pernah menjelaskan masalah ini. Aku rela dipukul atau dimaki-maki olehnya walaupun ini bukan salahku.
          Waktu berlalu dengan sangat lambat. Kami hidup serumah tetapi seperti tidak mengenal satu sama lain. Dia pulang makin larut malam. Suasana tegang didalam rumah. Suatu hari, aku berjalan melewati sebuah cafĂ©, melalui keremangan lampu dan kisi-kisi jendela, aku melihat suamiku dengan seorang wanita didalam. Dia sedang menyibak rambut sang gadis dengan mesra. Aku tertegun dan mengerti apa yang telah terjadi. Aku masuk kedalam dan berdiri di depan mereka sambil menatap tajam kearahnya. Aku tidak menangis juga tidak berkata apapun karena aku juga tidak tahu harus berkata apa. Sang gadis melihatku dan ke arah suamiku dan segera hendak berlalu. Tetapi dicegah oleh suamiku dan menatap kembali ke arahku dengan sinar mata yang tidak kalah tajam dariku. Suara detak jantungku terasa sangat keras, setiap detak suara seperti suara menuju kematian.
          Akhirnya aku mengalah dan berlalu dari hadapan mereka, jika tidak.. mungkin aku akan jatuh bersama bayiku dihadapan mereka. Malam itu dia tidak pulang ke rumah. Seakan menjelaskan padaku apa yang telah terjadi. Sepeninggal nenek, rajutan cinta kasih kami juga sepertinya telah berakhir. Dia tidak kembali lagi ke rumah, kadang sewaktu pulang ke rumah, aku mendapati lemari seperti bekas dibongkar. Aku tahu dia kembali mengambil barang-barang keperluannya. Aku tidak ingin menelepon dia walaupun kadang terbersit suatu keinginan untuk menjelaskan semua ini. Tetapi itu tidak terjadi, semua berlalu begitu saja.
          Aku mulai hidup seorang diri, pergi check kandungan seorang diri. Setiap kali melihat sepasang suami istri sedang check kandungan bersama, hati ini serasa hancur. Teman-teman menyarankan agar aku membuang saja bayi ini, tetapi aku seperti orang yang sedang histeris mempertahankan miliknya. Hitung-hitung sebagai pembuktian kepada nenek bahwa aku tidak bersalah.
          "Suatu hari pulang kerja, aku melihat dia duduk didepan ruang tamu. Ruangan penuh dengan asap rokok dan ada selembar kertas diatas meja, tidak perlu tanya aku juga tahu surat apa itu. 2 bulan hidup sendiri, aku sudah bisa mengontrol emosi. Sambil membuka mantel dan topi aku berkata kepadanya: "Tunggu sebentar, aku akan segera menanda tanganinya". Dia melihatku dengan pandangan awut-awutan demikian juga aku. Aku berkata pada diri sendiri, jangan menangis, jangan menangis. Mata ini terasa sakit sekali tetapi aku terus bertahan agar air mata ini tidak keluar.
          Selesai membuka mantel, aku berjalan ke arahnya dan ternyata dia memperhatikan peruntuku yang agak membuncit. Sambil duduk di kursi, aku menanda tangani surat itu dan menyodorkan kepadanya."Luci, kamu hamil?" Semenjak nenek meninggal, itulah pertama kali dia berbicara kepadaku. Aku tidak bisa lagi membendung air mataku yang mengalir keluar dengan derasnya. Aku menjawab: "Iya, tetapi tidak apa-apa. Kamu sudah boleh pergi". Dia tidak pergi, dalam keremangan ruangan kami saling berpandangan. Perlahan-lahan dia membungkukan badannya ke tanganku, air matanya terasa menembus lengan bajuku. Tetapi di lubuk hatiku, semua sudah berlalu, banyak hal yang sudah pergi dan tidak bisa diambil kembali. Entah sudah berapa kali aku mendengar dia mengucapkan kata:
          "Maafkan aku, maafkan aku". Aku pernah berpikir untuk memaafkannya tetapi tidak bisa. Tatapan matanya di cafe itu tidak akan pernah aku lupakan. Cinta diantara kami telah ada sebuah luka yang menganga. Semua ini adalah sebuah akibat kesengajaan darinya.
          Berharap dinding es itu akan mencair, tetapi yang telah berlalu tidak akan pernah kembali. Hanya sewaktu memikirkan bayiku, aku bisa bertahan untuk terus hidup. Terhadapnya, hatiku dingin bagaikan es, tidak pernah menyentuh semua makanan pemberian dia, tidak menerima semua hadiah pemberiannya tidak juga berbicara lagi dengannya. Sejak menanda tangani surat itu, semua cintaku padanya sudah berlalu, harapanku telah lenyap tidak berbekas. Kadang dia mencoba masuk ke kamar untuk tidur bersamaku, aku segera berlalu ke ruang tamu, dia terpaksa kembali ke kamar nenek. Malam hari, terdengar suara orang mengerang dari kamar nenek tetapi aku tidak perduli. Itu adalah permainan dia dari dulu. Jika aku tidak perduli padanya, dia akan berpura-pura sakit sampai aku menghampirinya dan bertanya apa yang sakit. Dia lalu akan memelukku sambil tertawa terbahak-bahak. Dia lupa, itu adalah dulu, saat cintaku masih membara, sekarang apa lagi yang aku miliki?Begitu seterusnya, setiap malam aku mendengar suara orang mengerang sampai anakku lahir. Hampir setiap hari dia selalu membeli barang-barang perlengkapan bayi, perlengkapan anak-anak dan buku-buku bacaan untuk anak-anak. Setumpuk demi setumpuk sampai kamarnya penuh sesak dengan barang-barang. Aku tahu dia mencoba menarik simpatiku tetapi aku tidak bergeming. Terpaksa dia mengurung diri dalam kamar, malam hari dari kamarnya selalu terdengar suara pencetan keyboard komputer. Mungkin dia lagi tergila-gila chatting dan berpacaran di dunia maya pikirku. Bagiku itu bukan lagi suatu masalah.
          Suatu malam di musim semi, peruntuku tiba-tiba terasa sangat sakit dan aku berteriak dengan suara yang keras. Dia segera berlari masuk ke kamar, sepertinya dia tidak pernah tidur. Saat inilah yang ditunggu-tunggu olehnya. Aku digendongnya dan berlari mencari taksi ke rumah sakit. Sepanjang jalan, dia mengenggam dengan erat tanganku, menghapus keringat dingin yang mengalir di dahiku. Sampai di rumah sakit, aku segera digendongnya menuju ruang bersalin. Di punggungnya yang kurus kering, aku terbaring dengan hangat dalam dekapannya. Sepanjang hidupku, siapa lagi yang mencintaiku sedemikian rupa jika bukan dia?
          Sampai dipintu ruang bersalin, dia memandangku dengan tatapan penuh kasih sayang saat aku didorong menuju persalinan, sambil menahan sakit aku masih sempat tersenyum padanya. Keluar dari ruang bersalin, dia memandang aku dan anakku dengan wajah penuh dengan air mata sambil tersenyum bahagia. Aku memegang tangannya, dia membalas memandangku dengan bahagia, tersenyum dan menangis lalu terjerambab ke lantai. Aku berteriak histeris memanggil namanya.
          Setelah sadar, dia tersenyum tetapi tidak bisa membuka matanya, aku pernah berpikir tidak akan lagi meneteskan sebutir air matapun untuknya, tetapi kenyataannya tidak demikian, aku tidak pernah merasakan sesakit seperti saat ini. Kata dokter, kanker hatinya sudah sampai pada stadium mematikan, bisa bertahan sampai hari ini sudah merupakan sebuah mukjizat. Aku tanya kapankah kanker itu terdeteksi? 5 bulan yang lalu kata dokter, bersiap-siaplah menghadapi kemungkinan terburuk. Aku tidak lagi peduli dengan nasehat perawat, aku segera pulang ke rumah dan ke kamar nenek lalu menyalakan komputer.
          Ternyata selama ini suara orang mengerang adalah benar apa adanya, aku masih berpikir dia sedang bersandiwara. Sebuah surat yang sangat panjang ada di dalam komputer yang ditujukan kepada anak kami. "Anakku, demi dirimu aku terus bertahan, sampai aku bisa melihatmu. Itu adalah harapanku.. Aku tahu dalam hidup ini, kita akan menghadapi semua bentuk kebahagiaan dan kekecewaan, sungguh bahagia jika aku bisa melaluinya bersamamu tetapi ayah tidak mempunyai kesempatan untuk itu. Didalam komputer ini, ayah mencoba memberikan saran dan nasehat terhadap segala kemungkinan hidup yang akan kamu hadapi. Kamu boleh mempertimbangkan saran ayah. "Anakku, selesai menulis surat ini, ayah merasa telah menemanimu hidup selama bertahun-tahun. Ayah sungguh bahagia. Cintailah ibumu, dia sungguh menderita, dia adalah orang yang paling mencintaimu dan adalah orang yang paling ayah cintai".
Mulai dari kejadian yang mungkin akan terjadi sejak TK , SD , SMP, SMA sampai kuliah, semua tertulis dengan lengkap didalamnya. Dia juga menulis sebuah surat untukku. "Kasihku, dapat menikahimu adalah hal yang paling bahagia aku rasakan dalam hidup ini. Maafkan salahku, maafkan aku tidak pernah memberitahumu tentang penyakitku. Aku tidak mau kesehatan bayi kita terganggu oleh karenanya. Kasihku, jika engkau menangis sewaktu membaca surat ini, berarti kau telah memaafkan aku.   Terima kasih atas cintamu padaku selama ini. Hadiah-hadiah ini aku tidak punya kesempatan untuk memberikannya pada anak kita.. Pada bungkusan hadiah tertulis semua tahun pemberian padanya". Kembali ke rumah sakit, suamiku masih terbaring lemah. Aku menggendong anak kami dan membaringkannya diatas dadanya sambil berkata: "Sayang, bukalah matamu sebentar saja, lihatlah anak kita. Aku mau dia merasakan kasih sayang dan hangatnya pelukan ayahnya". Dengan susah payah dia membuka matanya, tersenyum. Anak itu tetap dalam dekapannya, dengan tangannya yang mungil memegangi tangan ayahnya yang kurus dan lemah. Tidak tahu aku sudah menjepret berapa kali momen itu dengan kamera di tangan sambil berurai air mata.
          Teman-teman terkasih, aku membagi cerita ini kepada kalian, agar kita semua bisa menyimak pesan dari cerita ini. Mungkin saat ini air mata kalian sedang jatuh mengalir atau mata masih sembab sehabis menangis, ingatlah pesan dari cerita ini: "Jika ada sesuatu yang mengganjal di hati diantara kalian yang saling mengasihi, sebaiknya utarakanlah jangan simpan didalam hati".
          Siapa tau apa yang akan terjadi besok? Ada sebuah pertanyaan: Jika kita tahu besok adalah hari kiamat, apakah kita akan menyesali semua hal yang telah kita perbuat? atau apa yang telah kita ucapkan?
          Sebelum segalanya menjadi terlambat, pikirlah