Senin, 10 Oktober 2011

My Poet


Hidupku adalah dirimu

Semilir pagi t’lah menyebar di bumi
Masuk ke rongga dan menyelusup ke pori-pori
Hari itu, sama seperti hari-hari sebelumnya
Kita bercengkrama dan sesekali bercanda ria
Kau siapkan perkakas kerjamu
Dan aku siapkan sarapan
Gurat wajahmu seakan-akan mengatakan “aku siap hari ini”
Memang, hari ini adalah milikmu, begitu pula hari selanjutnya
Wajah berseri-seri itupun berlalu dengan iringan doaku
Dia melangkah dengan sigap dan berlalu

Sedangkan aku bergelut dengan rutinitasku
Membersihkan dan menata surga indah taman hati
Yang selalu ku beri hiasan bunga segar dari halaman
Bajunya yang penuh keringat ku cucikan

Tak terasa hari tlah petang
Waktunya aku untuk mengantarkan makanan
Jalan terjal, batu kerikil dan rumput liar
Menemaniku sepanjang perjalananan
Tak ada kesal walaupun peluh terus beriringan
Senyum manisku selalu tersungging tak henti
Hmm.. tak terasa aku tlah sampai di tepi

Terlihat si perkasa itu sedang bergelut dengan tanah gersang
Dengan tenaga yang tersisa dia terus menganyunkan cangkul
Ditemani melodi burung yang bersaut-sautan
Ku hampiri dia dan ku tatap wajahnya
Penuh keikhlasan dan hati yang mulia
Kitapun menikmati waktu petang di ladang


Tidak ada komentar:

Posting Komentar