Segenggam Mutiara Kehidupan, Kisah Tragedi & Elegi Anak Manusia
Kopi dapat dihidangkan di gelas plastik, beling, tanah liat, atau
Kristal. Tetapi bagaimana pun juga, yang terpenting adalah kopinya. Jadi,
jangan pernah mempermasalahkan gelasnya.
Sepasang muda-mudi saling jatuh cinta dan kemudian berpacaran.
Kuliah di universitas yang sama membuat sepasang kekasih, Hari dan Anne,
semakin dekat.
Akhirnya, mereka memutuskan untuk bertunangan. Kebahagiaan sudah
terbayang di depan mata karena lima bulan lagi mereka akan segera melangsungkan
pernikahan. Tentang pekerjaan tidak perlu dirisaukan lagi. Setamat kuliah dua
bulan yang lalu, Hari langsung mendapatkan pekerjaan di sebuah perusahaan
ekspor-impor. Jadi tinggal menunggu waktu untuk mempersunting sang kekasih dan
mewujudkan impian untuk membangun rumah tangga yang bahagia
Pada suatu sore, Hari dan Anne bertemu di sebuah kafe tempat Hari
pertama kali menyatakan cintanya. Mereka duduk berhadap-hadapan. Seperti biasa,
Hari selalu tampak gembica dan bersemangat.
“Maafkan aku,” kata Anne membuka pembicaraan.
“Kenapa harus minta maaf? Rasanya engkau tidak melakukan kesalahan
apa-apa,” jawab Hari sedikit kaget melihat sikap Anne yang tidak seperti
biasanya.
“”Kita tidak dapat melanjutkan hubungan kita,” kata Anne
terbata-bata.
“Maksudmu apa An? Kenapa begitu?” Tanya Hari tidak percaya.
“Papa dan mama tidak merestui hubungan kita.”
“Tapi An, kita sudah bertunangan dan waktu itu orang tuamu sama
sekali tidak keberatan. Apa alasan mereka memutuskan hubungan kita?” Kali ini
Hari sedikit ngotot dan marah.
Anne mulai menangis, tangan kanannya menggenggam tangan Hari
kemudian berkata, “Aku tidak bisa membantah keputusan orangtuaku. Mereka telah
menjodohkanku dengan seorang pria kaya sahabat Papa. Dua minggu lagi kami akan
menikah. Setelah itu, ia akan memboyongku ke Jerman.”
Hari tertunduk diam, hatinya terluka atas keputusan sepihak ini.
Setelah kejadian itu, Hari bekerja keras agar ia bisa mempunyai
usaha sendiri. Meskipun ia tidak mungkin memiliki Anne lagi, tetapi ia ingin
membuktikan kepada orang tua Anne bahwa ia kini bisa menjadi orang yang sukses.
Hari yang sekarang beda dengan Hari yang dulu, dan keputusan mereka menolak
dirinya menjadi menantu adalah sesuatu yang salah. Sedih, marah, dan kecewa
masih tersimpan di hati Hari atas sikap orang tua Anne, maupun sikap Anne yang
tidak mampu mempertahankan cinta suci mereka.
Siang itu, ketika gerimis turun membasahi bumi, mobil Hari melintas
di sebuah pemakaman umum. Dari kejauhan ia melihat sepasang suami-istri
berjalan berimpitan di bawah naungan payung hitam. Mereka sedang berjalan
memasuki gerbang pemakaman. Setelah dekat, Hari mengerutkan dahi.
“Sepertinya aku kenal betul suami-istri itu,” bisiknya dalam hati.
“Bukankah mereka orang tua Anne?”
Hari segera menghentikan mobilnya dan mendekati sepasang suami
istri yang telah menyakiti hatinya beberapa waktu yang lalu. Merekalah biang
kehancuran cintanya. Mereka kelihatan sedih, sang istri masih berlinang air
mata, sementara si suami mengeluarkan sapu tangan dari saku celananya dan
menghapuis air mata istrinya. Dalam kebingungan, Hari memberanikan diri
bertanya. “Apa yang sudah terjadi? Siapa yang meninggal?”
Orang tua Anne tidak kuasa menjawab pertanyaan Hari. Mereka hanya
menunju ke salah satu nisan seolah mengajak Hari ke sana. Hari terperanjat
membaca tulisan di batu nisan itu. Anne Sulaiman.
“Bagaimana mungkin semua ini terjadi. Bukankah Anne sudah menikah
dan tinggal di Jerman?” Tanya Hari.
“Nak,” kata ayah Anne dengan suara bergetar. “Sebenarnya Anne tidak
pernah menikah dan tidak pernah ke Jerman. Sebulan setelah kalian bertunangan,
Anne memeriksakan diri ke dokter karena keluhan-keluhan yang ia rasakan di
tubuhnya.
“Setelah menjalani serangkaian pemeriksaan, dokter menemukan bahwa
Anne mengidap leukemia. Dari dokter yang merawatnya kami tahu bahwa sedikit
sekali harapan untuk ia bisa bertahan hidup lebih lama. Suatu hari nanti
penyakit itu akan merenggut nyawanya.
“Ia bergumul begitu berat untuk mengatakan yang sebenarnya
kepadamu. Sungguh, ia tidak tega menyakiti hatimu, Nak. Malam itu ia menangis
sepanjang malam karena harus berbohong kepadamu atas penyakitnya. Tetapi ia
memutuskan hubungan kalian dengan cara begitu karena ia tidak tega melihatmu
menanggung rasa kehilangan jika kelak penyakit itu merampasnya dari sisimu,
ketika ia sudah menjadi istrimu. Anne sangat mencintaimu, Nak. Tidak pernah ada
laki-laki di hatinya selain dirimu. Berkali-kali ia mengatakan bahwa engkau
adalah cinta sejatinya.
Cinta tidak selalu dinyatakan dengan bunga. Pahamilah cara kekasih
Anda dalam mencintai Anda, pahami jugalah cara suami/istri Anda dalam
menyatakan cintanya.
Sebuah buku yang ditulis secara ringan dan sederhana, namun sangat
menarik, bermakna dan penuh inspirasi. Segenggam Mutiara Kehidupan dapat membuat
hidup Anda menjadi lebih berarti lagi.
Sumber: dari salah satu blog seseorang *lupa namanya :D